Apa arti sebuah nama? Di dunia bisnis nama produk berkaitan erat dengan branding, sebuah strategi untuk menanamkan produk ke dalam benak konsumennya. Microsoft tidaklah asing dengan strategi ini. Perhatikan saja penamaan produk-produknya, seperti Windows (1.0, 2.0, 3.1, 95, 98, Me, NT, 2000, XP, Vista, 7, 8, 10) atau yang lebih random lagi adalah layanan webmail (Hotmail, MSN Hotmail, Windows Live (Hot)mail, Outlook.com). Produk Microsoft Office biasanya menggunakan penamaan yang mengacu pada Microsoft Windows, meskipun belakangan konsisten menggunakan tahun rilis (2007, 2010, 2013, 2016, 2019). Kemudian ada produk Office 365, Office Online, dan Office Mobile. Office 365 menawarkan layanan “berlangganan” Microsoft Office per bulan/tahun dengan fasilitas tambahan berupa tambahan kapasitas penyimpanan di OneDrive dan sejumlah menit percakapan via Skype/bulan. Selain itu, versi aplikasi Office akan diperbarui secara otomatis selama masa berlangganan.
Nah, untuk memperingati Hari Kartini (:P) Microsoft akan meluncurkan kembali layanan Office 365 sebagai Microsoft 365 pada tanggal 21 April 2020. Sebenarnya, nama Microsoft 365 sebelumnya sudah ada, dalam bentuk paket layanan Windows, Office 365, dan security services untuk pelanggan bisnis/enterprise yang diluncurkan tahun 2017. Untuk membedakan dengan layanan baru, jajaran produk Microsoft 365 adalah: Microsoft 365 Personal (sebelumnya Office 365 Personal), Microsoft 365 Family (sebelumnya Office 365 Home), Microsoft 365 Business Standard (sebelumnya Office 365 Business Premium), dan Microsoft 365 Business Premium (sebelumnya Microsoft 365 Business).
Microsoft 365 Personal dan Family ditawarkan dengan harga yang sama dengan Office 365 namun dengan penambahan fitur seperti: Microsoft Teams, Microsoft Editor (AI-powered writing assistant), penyimpanan 50 GB untuk Outlook,com, dukungan teknis untuk Windows 10, dan Microsoft Family Safety.
Ping balik: Bye-bye Microsoft Office (?) | ad-12 Labs